Senin, 28 Oktober 2013

Dipangkas Supaya Berbuah Lebih


Ilustrasi Kristen
Nats : Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah (Yohanes 15:2)

Bacaan : Yohanes 15:1-11

Di tiap kebun anggur, seorang pengurus kebun anggur memangkas ranting-ranting pohon anggur agar menghasilkan lebih banyak buah. Dalam pengertian rohani, terkadang Bapa surgawi kita harus memperlakukan kita dengan cara yang sama, yaitu memangkas kehidupan kita. Tak hanya ranting-ranting mati yang harus dibuang, tetapi terkadang bahkan yang masih hidup dan penting pun harus dibuang agar dapat menghasilkan buah yang lebih baik dan lebat.

Berbagai macam keadaan dapat menjadi pisau pemangkas di tangan Tuan Pemilik Kebun Anggur. Pisau itu dapat berupa isyarat penolakan, perkataan tidak ramah, atau bahkan tanpa kata. Bisa jadi itu berupa rasa frustrasi karena terus-menerus hidup dalam kegaduhan dan kebingungan, menghadapi tugas sehari-hari, sehingga tidak punya kesempatan untuk menemukan tempat yang tenang untuk menyendiri. Atau mungkin saat menunggu campur tangan Allah ketika tampaknya tidak ada harapan sama sekali dan kita tidak punya teman yang bisa menolong.

Namun, pisau pemotong itu dikendalikan oleh sepasang tangan yang penuh kasih. Tuan Pemilik Kebun Anggur tahu apa yang bisa kita dapatkan dan Dia tahu bahwa kita akan menjadi lebih mengasihi, bersukacita, damai, penuh toleransi, baik hati, dapat dipercaya, lembut, percaya diri -- lebih kuat dan lebih baik daripada keadaan kita sekarang ini.

Kita tidak perlu menghindari pisau itu, tetapi memercayai tangan yang memegangnya. Bapa kita di surga mempunyai satu tujuan, yaitu untuk menghasilkan buah yang baik dalam diri kita —David Roper

Rabu, 23 Oktober 2013

Apa Yang Anda Punya ?


Nats : Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah (2Tawarikh 20:15)

Seorang guru Alkitab yang bijak suatu kali berkata, "Cepat atau lambat Allah akan membawa umat-Nya yang merasa memiliki segalanya ke tempat di mana mereka tidak memiliki apa pun selain Dia; tanpa kekuatan, tanpa penjelasan, tanpa apa pun kecuali Dia. Tanpa pertolongan Allah, mereka akan hancur."

Ia lalu bercerita tentang seseorang yang putus asa mengeluh kepada pendetanya, "Hidup saya benar-benar hancur." "Seberapa parah?" tanya si pendeta. Sambil menutupi kepalanya dengan tangannya, ia meratap, "Sangat parah, sehingga satu-satunya milik saya yang masih tersisa hanya Allah." Wajah sang pendeta berseri-seri. "Dengan senang hati saya meyakinkan Anda bahwa orang yang hanya memiliki Allah, memiliki kekuatan yang lebih dari cukup untuk memperoleh kemenangan besar!"

Dalam bacaan Alkitab hari ini, bangsa Yehuda juga sedang menghadapi masalah. Mereka sadar bahwa tak punya cukup kekuatan dan kehabisan cara untuk mengalahkan musuh. Yang tersisa hanya Allah! Namun, Raja Yosafat dan rakyatnya melihatnya sebagai sumber harapan, bukannya keputusasaan. "Mata kami tertuju kepada-Mu," seru mereka kepada Allah (2 Tawarikh 20:12). Dan mereka tidak dikecewakan karena Dia memenuhi janji-Nya: "Bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah" (ayat 15).

Apakah Anda sedang dalam situasi di mana segala milik Anda lenyap? Ketika Anda mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya, Anda akan mendapatkan pemenuhan janji Allah, dan Anda tidak akan membutuhkan apa-apa lagi —Joanie Yoder

Sabtu, 19 Oktober 2013

Jangan Mengingini Milik Sesama


”Jangan mengingini milik sesamamu”

Dulu waktu kecil, sebagai anak yang rajin sekolah Minggu, waktu dengar perintah Tuhan yang ke-10 di atas untuk pertama kali, yang terpikirkan adalah aku gak boleh menginginkan barang-barang yang dimiliki orang lain, misal: mainan temanku yang lebih bagus dariku itu. Hohohohoho.....

Bahkan uda sampe segede ini, waktu ingat perintah yang di atas, yang kubayangkan adalah barang-barang berwujud yang yang dimiliki sesamaku. Jangan kamu mengingininya, dosa tuh Meg.....

Nah, seorng temanku pernah bercerita kalau dia ingin berada dalam situasi yang dialami temannya yang lain, dan itu membuatnya sedih, dia down, karena dia tau, saat itu dia gak mungkin mengalami apa yang dialami temannya. 

Oh, bahkan waktu aku nulis ini aku jadi menyadari betapa besarnya Tuhan kita, betapa Dia punya maksud, dan dalam banget hikmatNya. Aku baru ngeh saat aku nulis ni knapa Dia tidak ingin kita mengingini apa yang dimiliki sesama kita. Saat kita melakukan itu, itu akan mengakibatkan penyakit kronis, gangguan kehamilan, jantung, dan sakit paru-paru, husss.....itu akibat ngerokok kaleeee...!!! Gkgkgkgkgkgk

Gak deng. Kali ni serius, kusadari, waktu aku mengingini apa yang dimiliki orang lain, itu akan mengakibatkanku susah bersukacita. Orang lain punya dan aku gak punya. Sebenarnya gak papa sih kalo ngeliat apa yang dimiliki orang lain trus berusaha supaya punya juga tapi dengan cara yang benar, nah...kalo caranya salah, apa gak kacau? Gimana kalo aku ngeliat orang lain lalu aku ngiri, berharap hal buruk untuk orang itu, ato bahkan melakukan hal-hal yang buruk supaya juga bisa memiliki apa yang dimiliki orang lain. ^^’

Yang lucu, dulu aku juga sering banget mengingini milik sesamaku kayak gini, ”Aduhhh...pengen banget punya bodi kurus kayak temanku si A, enak banget dia, gampang nyari baju, gak kayak aku...fiuhhhh....” (curhat dikit). Trus, bukannya menjaga pola makan alias diet, aku malah mengharapkan hal-hal yang konyol dan gak masuk akal, misal : ada box telepon seandainya kayak di kartun Doraemon, jadi aku bisa minta, seandainya gemuk tu jadi trend, hahahahahahaha, nggilani.

Tapi yang terpenting, dan kupikir sebenarnya inilah alasan Tuhan gak mau aku mengingini milik sesamaku ialah karena gara-gara pengen punya orang lain, aku jadi susah mensyukuri apa yang dah kumiliki, aku sibuk ngeliat apa yang dimiliki orang lain sampe aku gak nyadar aku juga memiliki apa yang gak dimiliki orang lain, huahahahahahaha..... nyombongdikit.com. Emang apaan Meg? Apa yang kamu miliki yang gak dimiliki orang lain? Hmmm..... Apa ya??? Oke, biarkan aku berpikir, besok aku kasih jawabannya, hohohohoho....

Bukannya bersyukur atas hal-hal baik yang udah Tuhan kasih ke aku, aku malah sibuk protes ke Tuhan ato minta-minta apa yang blom tentu merupakan bagianku. Parah kan????

Ccckkkk...cckkk...cckkk.....Benar-benar panjang dan lebar, luas dan dalam maksud Tuhan bilang ’milik sesamaku’ itu. Aku yang dulu Cuma mikirnya itu barang-barang fisik doang, sekarang jadi mikir ’milik sesamaku’ itu banyak banget. Milik sesamaku bisa juga berarti bakat-bakatnya, kepandaiannya, kecantikannya, sifatnya, kemampuannya, karakternya, keberhasilannya, kesuksesannya, kebahagiannya, situasi yang dimilikinya atopun tubuhnya yang kurus itu, hahahahaha.....

Almarhum papahku pernah bilang sama aku, ”Jangan ngeliat ke atas terus, gak akan ada habisnya nanti kamu mau apa yang dipunya orang lain. Jangan juga ngeliat ke bawah terus, nanti kamu jadi sombong karena merasa lebih dari orang lain. Udah, syukuri ja apa yang ada. Belajar bersyukur nak.....”. Aku masih ingat kata-kata papahku itu. Hiks, jadi kangen papah..... :’( Miss u so Pah.....

So, jangan mengingini milik sesamamu lagi Meg! Pikirkan semua hal baik yang kamu miliki, dan bersyukurlah kepada Tuhan yang dah begitu baiknya memberikan semua itu padamu! He is so good to you...

artikel ini didapat dari :
Kasongan, 27 November 2010
-Mega Menulis-

Pagar Pemisah

Nats : Apabila seseorang berbuat dosa ... terhadap TUHAN, dan memungkiri ... barang yang dirampasnya, ... maka haruslah ia memulangkan barang yang telah dirampasnya (Imamat 6:2,4)

Bacaan : Imamat 6:1-7


Seorang pencuri di New Jersey melakukan pencurian sebanyak 7.000 dolar dalam bentuk perhiasan, koin kuno, dan uang tunai dari seorang janda. Semua barang yang dicuri tersebut merupakan barang-barang peninggalan suaminya yang masih tersisa.

Saat memilah-milah barang curiannya, pencuri itu menemukan beberapa amplop persembahan gereja berisi uang yang akan dipersembahkan wanita itu kepada Tuhan. Tanpa melihat isinya terlebih dahulu, pencuri itu langsung memasukkan semuanya ke dalam amplop lain, menuliskan alamat, lalu mengirimkannya ke gereja wanita itu.

Ketika sang pendeta tahu apa yang telah terjadi, ia berkomentar, "Ini adalah ciri khas kebingungan moral zaman ini. Orang berpikir bahwa mencuri dari janda dan anak-anak dianggap tidak apa-apa, sementara mencuri dari gereja dianggap tindakan tercela."

Pencuri itu mengabaikan satu kebenaran penting: Dosa terhadap sesama adalah dosa terhadap Allah (Imamat 6:2). Saya khawatir kita semua cenderung berpikir bahwa batas harta kepunyaan Allah berakhir di belakang gereja. Namun, sebenarnya tidaklah demikian. Segala harta benda di dunia ini dan setiap orang adalah kepunyaan Allah. Jika kita menghormati Dia, itu berarti kita juga harus menghormati harta benda yang telah dipercayakan Allah kepada anak-anak-Nya.

Orang yang takut akan Allah dan yang menyadari bahwa berbuat dosa terhadap sesama berarti berdosa terhadap Dia adalah seorang yang bijaksana —Mart De Haan II

Siapkan Hati Pada Pengajaran FirmanNYA


Nats : Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian (Mazmur 100:4)

Bacaan : Mazmur 100

Di dalam bukunya Folk Psalms of Faith, Pendeta Ray Stedman berkata bahwa ia berharap semua orang yang datang ke gereja dapat berdiri di atas mimbar pada hari Minggu pagi dan memerhatikan wajah para jemaat selama khotbah berlangsung.

Walaupun sebagian besar orang tampaknya memerhatikan sang pendeta, banyak pula jemaat yang pikirannya ada di tempat lain. Stedman menulis, "Tentunya menarik untuk mengetahui, ke mana saja pikiran orang-orang mengembara selama kebaktian!"

Untuk memperoleh manfaat terbesar dari kebaktian di gereja, kita harus mempersiapkan hati dan menjadi peserta yang aktif. Kita harus terlibat dengan sungguh-sungguh dalam menyanyikan pujian, berdoa tanpa bersuara saat pendeta memimpin doa, dan menyembah dengan sepenuh hati saat paduan suara bernyanyi.

Pada akhirnya, kita perlu mendisiplinkan diri untuk mendengarkan pengajaran firman Allah dengan sungguh-sungguh dan dengan hati yang terbuka. Kita harus mengembangkan rasa lapar akan kebenaran yang menenangkan jiwa kita, mengilhamkan penyembahan, membangkitkan pujian kepada Allah, dan menggerakkan kita untuk melayani Dia.

Kita dengan mudah menyalahkan pendeta apabila kita meninggalkan kebaktian dengan perasaan hampa dan patah semangat. Namun pendeta hanyalah salah satu peserta; kita pun harus melakukan tugas kita. Mereka yang memperoleh berkat paling banyak dari penyembahan adalah mereka yang memberikan peranan paling banyak --Richard De Haan

POSTINGAN TERAKHIR

Hidup Harus Bersyukur

Hidup Harus Bersyukur 1 Tesalonika 5 : 18 "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allaah di dalam Kristus Y...

POPULER DIBACA