Rabu, 02 Maret 2016

Misteri Pengajaran Dialektis


Dalam Kolose 3:18-4:1 kita dapat memahami hal yang berfokus pada menyenangkan Tuhan.

Kita bisa melihatnya di 3:18 – sebagaimana seharusnya dalam Tuhan, 3:20 – itulah yang indah di dalam Tuhan, 3:22 – takut akan Tuhan, 3:23 – seperti untuk Tuhan, 3:24 – Kristus adalah tuan  dan 4:1 – kamu juga mempunyai tuan di sorga. Berjalan dalam Kristus adalah melayani Tuhan dalam semua segi kehidupan kita, bahkan di rumah kita (dormitory) dan untuk menyatakan pribadi Tuhan dalam relasi manusiawi kita.

Alkitab menampilkan kebenaran sebagai kesatuan dari dua konsep yang secara logis tampak bertentangan (filsuf menyebut hal sebagai “ketegangan dialektis” ).

Contoh, Tuhan itu esa tapi tiga pribadi, Yesus adalah sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia, Tuhan Tuhan berkuasa sepenuhnya tapi Dia menjawab doa kita, dan Tuhan memilih orang-orang untuk diselamatkan tapi memanggil kita untuk mengabarkan Injil.

Untuk bagian yang kita baca, konteksnya adalah panggilan kita sebagai orang Kristen untuk menghidupi realitas Injil yang melaluinya kita diselamatkan.. Setiap bidat dalam sejarah merujuk ke salah satu segi dari pengajaran Alkitab, mencoba untuk mengerti misteri dari wahyu Tuhan dengan logika manusia.

Apakah misteri dari pengajaran dialektis di Kolose 3?

Para istri diperintahkan untuk tunduk kepada suaminya, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan, tapi “tunduk” disini tidak mengurangi martabat atau kesamaan posisi dihadapan Tuhan.

Pengertian kita tentang relasi suami dan istri ini akan terbantu jika memperhatikan ketegangan diakletis yang ada dalam relasi antara Allah Bapa dengan Allah Anak. Allah Bapa dan Allah Anak sepenuhnya sama dalam ketuhanan, kekekalan dan kemuliaan – tapi Anak untuk selama-lamanya tunduk kepada Bapa. Anak pada saat yang bersamaan setara dengan Bapa dan tunduk pada kehendak Bapa . Paulus mengambarkan bagaimana suami dan istri dapat setara dalam martabat, nilai dan panggilan tapi pada saat yang sama mempunyai peran yang berbeda.

Yang kedua Paulus mengajarkan, “hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Paulus mengajarkan pengertian tentang peran suami dalan keluarga yang berbeda secara radikal degnan pengertian yang biasa. Melalui anugerah Tuhan, Kepemimpinan suami yang mendominasi dan kasar digantikan, dengan kepemimpinan yang mengasihi dan melayani  yang berlandaskan pada kesamaan pria dan wanita sebagai sesama ciptaan Tuhan dan sesama pewaris dalam Yesus Kristus – tapi tanpa meninggalkan peran yang diberikan Tuhan: kepemimpinan suami dan ketundukan istri.

Paulus memanggil para suami pada kepemimpinan yang berpusat pada Kristus – tidak meninggalkan peran yang ditetapkan Tuhan, tapi memastikan para suami menghidupi segi praktis dari kepemimpinannya seperti sepatutnya dalam Tuhan  - sebagaimana Yesus Kristus sendiri sekalipun adalah raja dari semua ciptaan tapi datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani dan memberikan hidupnya sebagai tebusan bagi banyak orang. Ketika relasi dalam keluarga berakar pada pekerjaan Tuhan mereka akan berjalan menurut jalan Tuhan dan akan berbeda secara nyata dari relasi di dunia ini, sehingga akan menyatakan pribadi dan pekerjaan Tuhan.

Bagaimana kita dapat memahami bagian ini secara Alkitabiah dan Theologis?
Relasi dialektis antara suami dan istri memberikan gambaran yang indah tentang trinitas.

Manusia diciptakan menurut gambar Allah sebagai pria dan wanita (Kejadian 1:27-28), dan Allah kita adalah Allah Tritunggal.

Relasi unik ini merefleksikan pribadi Allah (1 Korintus 11:2-3) dan rancangan penciptaan Allah (1 Timotius 2:13).
Bagaimana hal ini merujuk pada pribadi Allah? Anak tunduk pada Bapa (Markus 14:33) dan meminta Roh Kudus untuk diutus (Yohanes 14, khususnya ayat 16).

Tiga pribadi ini sepenuhnya adalah Allah tapi mereka mempunyai peran dan pribadi yang berbeda. Ini adalah kenyataan abadi seperti yang kita lihat waktu Paulus menulis di 1 Korintus `15:28, “kalau segala sesuatu telah ditaklukkan dibawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri Nya dibawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu dibawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.”

Alkitab secara jelas mengajarkan ketundukan pada seseorang tidak menghilangkan kesetaraan dan relasi dialektis antara suami dan istri senada dengan ajaran Alkitab yang mewahyukan pribadi dan karakter Allah.


Apa aritnya buat kita sekarang?
Bacalah Kolose 3:18-4:1 sekali lagi. Apakah anda melihat fokus dari relasi manusia untuk menyenangkan Allah? Apa efek hal ini pada relasi kita?

Jika kita bandingkan antara tujuan dari relasi manusia yang diajarakan oleh Paulus dengan pengarajan budaya kita, apakah tiga perbedaan spesifiknya?

Mengapa sulit untuk menganut pengajaran dialektis dari Alkitab tanpa melihatnya sebagai pertentangan? Bagaimana pandangan kita tentang Alkitab dapat membantu kita?

Bagaimana pandangan Kristen tentang relasi antara suami dan istri dapat bertindak sebagai saksi bagi dunia untuk menampilkan siapa Tuhan dan apa yang telah Dia lakukan?

Berdoa untuk Firman Tuhan: John Stott menawarkan doa yang indah tentang Trinitas, doa yang bisa kita gunakan untuk berdoa sembari kita merayakan misteri ciptaan Tuhan yang indah untuk relasi manusia:

Bapa di Sirga, Tuhan Yesus dan Roh Kudus
Bapa di Surga, saya menyembahmu sebagai pencipta dan pemelihara dunia
Tuhan Yesus, saya menyembahmu, penyelamat dan Tuhan dari dunia
Roh Kudus, saya menyembahmu, pengudus dari umat Allah
Kemuliaan bagi Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus
Bapa Surgawi, saya berdoa supaya saya bisa hidup dalam kehadiranmu hari ini dan semakin menyenangkanmu
Tuhan Yesus, saya berdoa supaya hari ini saya bisa mengangkat salib saya dan mengikutimu
Roh Kudus, saya berdoa supaya hari ini Engkau akan memenuhi saya dengan dirimu dan membuat buah-buah Roh Kuds matang dalam hidup saya: kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri.
Trinitas yang kudus, terberkati, dan agung, tiga pribadi dalam satu Allah, berbelas kasihanlah pada ku. Amin

Salam hangat dari team Nafiri Kasih ..

POSTINGAN TERAKHIR

Hidup Harus Bersyukur

Hidup Harus Bersyukur 1 Tesalonika 5 : 18 "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allaah di dalam Kristus Y...

POPULER DIBACA