Sabtu, 13 Januari 2018

Domba dan Kambing


"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku" Yohanes 10:27

Pada akhir zaman Tuhan Yesus akan memisahkan domba dengan kambing. Kambing adalah gambaran orang-orang fasik yang tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah, sedangkan domba adalah gambaran orang-orang benar (Mat. 25:31-46). 

Lalu bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita adalah domba dan bukannya kambing? Mari kita lihat ciri-ciri domba:

Pertama, domba mendengar suara Gembala.
Banyak buku ditulis dengan judul: Bagaimana mendengarkan suara Tuhan? Rupanya banyak orang kristen yang sulit mendengarkan suara Tuhan. Mungkin Anda juga mengalami hal yang sama. Benarkah bahwa Tuhan itu sungguh-sungguh berbicara kepada kita? Ya, Tuhan berbicara kepada kita setiap hari. Yang menjadi masalah adalah telinga kita yang tuli! Allah adalah Roh. Jadi untuk mendengar suara Tuhan kita harus mempertajam telinga rohani kita. Salah satu cara Alkitabiah untuk peka terhadap suara-Nya adalah dengn "Beribadah dengan Tuhan dan berpuasa" (kis. 13:2). 

Sebab setelah mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, Roh kudus berkata-kata kepada mereka. Jadi dengan beribadah -termasuk memuji Tuhan, menyembah Tuhan, dan merenungkan firman Tuhan- dan berpuasa Anda akan mendengar suara Tuhan.

Kedua, Yesus mengenal domba-domba-Nya.
Tidak dapat disangkal bahwa hanya domba yang taat dan melakukan firman Tuhan akan dikenal Tuhan. Mereka adalah para pelaku firman. Mereka adalah orang-orang yang takut kepada Tuhan dan melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23)

Ketiga, domba mengikuti sang Gembala.
Mengikuti kristus bukan sekedar pergi ke gereja saja, tetapi menjadi sama seperti Kristus. Dunia dapat saja menjadi pengikut salah satu artis atau penyanyi dunia. mereka begitu fanatik sampai-sampai semua aksesoris yang dikenakan si artis diikutinya pula. Lebih parah lagi, dandanan rambutnya, model baju, sampai gaya bicara dicontoh pula. Sebenarmnya ini pula yang Tuhan kehendaki bagi gereja-Nya. Apa yang Yesus lakukan kita juga harus mencontohnya. Belas kasihan-Nya kepada orang-orang tertindas, semangat-Nya memberitakan Injil, kemurahannya kepada orang-orang lemah, penghiburan-Nya kepada orang-orang sengsara, dan kerinduannya melihat semua orang diselamatkan, itulah yang wajib kita teladani.

##

Sabtu, 06 Januari 2018

20 Hal Untuk Jadi Pemenang


20 Hal Untuk Jadi Pemenang

Kali ini kita akan memahami dari ayat-ayat Firman Tuhan sedikitnya 20 hal yang bisa membuat langkahmu tetap untuk menjadi seorang pemenang!

1. Mengapa saya berkata "Saya tidak bisa" jika Alkitab mengatakan bahwa saya bisa melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada saya (Fil 4:13)?

2. Mengapa saya merasa kurang jika saya tahu bahwa Allah akan memenuhi segala keperluan saya menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus (Fil 4:19)?

3. Mengapa saya harus merasa takut jika Alkitab berkata... bahwa Tuhan tidak memberi saya roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, ketertiban (2 Tim 1:7)?

4. Mengapa saya harus merasa kurang iman jika saya tahu bahwa Allah telah mengaruniakan kepada saya ukuran iman tertentu (Rom 12:3)?

5. Mengapa saya menjadi lemah jika Alkitab berkata bahwa Allah adalah terang dan keselamatan saya dan bahwa saya akan tetap kuat dan akan bertindak (Maz 27:1, Dan 11:32)?

6. Mengapa saya harus membiarkan iblis menang atas hidup saya jika Roh yang ada di dalam saya lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (1 Yoh 4:4)?

7. Mengapa saya harus pasrah kalah jika Alkitab berkata bahwa Allah dalam Kristus selalu membawa kita di jalan kemenanganNya (2 Kor 2:14)?

8. Mengapa saya harus kekurangan hikmat jika Kristus sendiri telah menjadi hikmat bagi saya dan Allah akan memberi hikmat jika saya minta padaNya (1 Kor 1:30; Yak 1:5)?

9. Mengapa saya harus depresi jika saya dapat mengingat bahwa saya dapat berharap pada Allah yang kasih setiaNya tidak habis-habisNya setiap pagi (Rat 3:21-23)?

10. Mengapa saya harus kuatir, resah, dan rewel jika saya dapat menyerahkan segala kekuatiran saya pada Tuhan yang memelihara saya (1 Pet 5:7)?



11. Mengapa saya harus selalu hidup dalam beban jika saya tahu bahwa di mana ada Roh Allah, ada kemerdekaan, dan Kristus telah memerdekakan kita (2 Kor 3:17; Gal 5:1) ?

12. Mengapa saya harus merasa terhukum jika Alkitab berkata bahwa saya tidak ada lagi di bawah penghukuman sebab saya di dalam Kristus (Rom 8:1) ?

13. Mengapa saya harus merasa sendirian jika Yesus berkata Ia akan selalu menyertai saya, tidak akan membiarkan dan tak akan meninggalkan saya (Mat 28:20; Ibr 13:5)?

14. Mengapa saya harus merasa terkutuk atau merasa saya menjadi korban nasib sial jika Alkitab berkata bahwa Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum taurat sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu (Gal 3:13-14) ?

15. Mengapa saya harus merasa tidak puas dalam hidup ini jika saya,seperti Paulus, bisa belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan (Fil 4:11) ?

16. Mengapa saya harus merasa tidak layak jika Kristus telah dibuat menjadi dosa karena kita, supaya di dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor 5:21) ?

17. Mengapa saya merasa takut disiksa orang jika saya tahu bahwa jika Allah di pihak saya tidak ada yang akan melawan saya (Rom 8:31) ?

18. Mengapa saya harus bingung jika Allah adalah Raja Damai dan Ia memberi saya pengetahuan melalui RohNya yang diam di dalam kita (1 Kor 14:33;2:12)

19. Mengapa saya harus terus-menerus gagal dan jatuh jika Alkitab berkata bahwa sebagai anak Allah saya lebih daripada orang-orang yang menang dalam segala hal, oleh Dia yang telah mengasihi saya (Rom 8:37)?

20. Mengapa saya harus membiarkan tekanan hidup mengganggu saya jika saya dapat punya keberanian karena tahu Tuhan Yesus telah menang atas dunia dan penderitaan (Yoh 16:33)? " Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah ! " (Mazmur 46:11a)

###

Kamis, 04 Januari 2018

Benarkah Melayani Karena "Mbesenggi" ?


Suatu hari seusai sebuah acara seminar, ketua kelompok mengajak berkumpul semua teamnya untuk briefing, ketua kelompok mengatakan : bapak , ibu , saudara dan rekan semua .. begini , gereja sudah mengutus kita mengikuti seminar ini dengan biaya yang tidak sedikit lho ya .. jadi jangan sampai kita tidak berbuat sesuatu  setelah ini untuk gereja .. dst ..

Sempat terpikir .. bener juga ya apa yang disampaikan itu .. masa sih kita pulang dengan tangan hampa tanpa berbuat sesuatu , padahal gereja sudah mengutus dan "mbayari" untuk mengikuti seminar ini .. tapi sebentar dulu .. kok rasanya ada yang mengganjal nih.

Kalau alasan nya karena gereja sudah "mbayari" sebagai dasar pelayanan kita , ah kurang setuju .. karena berarti dasar pelayanan kita itu jadinya karena sungkan, gak enak ati dong alias "mbesenggi" .. itu namanya belengkat .. belenggu yang mengikat .. kalau sudah begitu nanti pastinya akan banyak mbesenggi-mbesenggi  lain yang menyusul .. contoh , mau jadi penatua karena mbesenggi,  gak enak ati nih abis yang minta pendeta, udah dua kali lagi ngomongnya .. atau .. pelayanan di paduan suara  karena mbesenggi , abis gimana janji setiap kali latihan diantar jemput .. diajak makan .. dibayari lagi .. atau mau jadi pengurus karena mbesenggi .. lha gimana tidak .. udah ditawari aja sampai tiga kali , pas lagi butuh duit dikasih pinjam .. sakit dibesuk .. gak enak ati ah kalu nolak ..dll.

Kenapa orang punya perasaan gak enak alias "mbesenggi" sama orang yang sudah "berjasa" sama diri nya ya ? apa ini salah ? rasanya gak juga .. bagus dong kalau masih punya rasa "mbesenggi" itu namanya masih tau diri .. tau berterima kasih .. tau balas budi ..
Tapi kenapa kalau itu dikaitaan dengan pelayanan kok rasanya kurang tepat ?

Didalam 1 Kor 13, rasul Paulus menekankan betapa pentingnya "Kasih" , sepandai apapun, sehebat apapun pelayanan kita tanpa adanya kasih maka semuanya itu tidak bernilai dihadapan Tuhan.
Jikalau apa yang kita lakukan hanya sekedar "mbesenggi" atau suatu kewajiban, bahkan jika ada orang yang mengorbankan hidupnya untuk dibakar sekalipun tetapi jika tidak memiliki kasih, maka sama sekali tidak ada gunanya. Tanpa kasih sehebat apapun prestasi dan kerja keras pelayanan kita semua itu percuma dan sia-saia .

Mengapa "kasih" begitu penting ? ya karena Allah yang kita sembah adalah "Kasih" , maka jikalau kita mengenal Allah yang adalah "kasih" maka orang itu harus memiliki dan memancarkan Kasih sebagai dasar dari segala lakunya supaya Allah dimuliakan (1 Kor 10 :31).

Ya .. Kasih kepada Kristus yang sudah menganugerahkan hidup kekal kepada kita adalah dasar nya .. memang Allah tidak pernah menuntut orang Kristen untuk membayar pengorbanan Kristus di kayu salib, dan memang hal itu adalah suatu kemustahilan. Namun Allah menuntut dan memerintahkan setiap orang Kristen untuk hidup bagi Dia, bekerja bagi Dia , memuliakan Dia dalam segala sikap, tingkah laku dan perbuatan umat Nya.

Apakah Anda melayani karena "mbesenggi" atau karena ungkapan Kasih anda kepada Kristus ? semoga ketua kelompok tersebut diatas hanya salah ngomong saja .. karena saking semangatnya, tapi hatinya sebenarnya mengasihi Kristus.

Amin.

Salam hangat dari team Nafiri Kasih.


Senin, 01 Januari 2018

Sebuah Renungan Diawal Tahun Baru 2018


Sebuah renungan diawal tahun 2018 ...

"Selalu baru tiap hari, besar kesetiaanMu" (Rat. 3: 22)
Setiap awal tahun, banyak orang percaya mengadakan  komitmen untuk hidup yang baru dengan resolusi yang baru. Resolusi tentunya menyangkut iman, kasih dan pengharapan dan pada umumnya, semua resolusi itu adalah mulia dan baik.

Pada akhir tahun, ada orang percaya yang  menganggap dirinya telah berhasil mempertahankan resolusi yang dilakukan pada awal tahun, namun belum tentu diperkenan oleh Tuhan. Di lain pihak, ada orang percaya yang menganggap dirinya telah gagal untuk menjaga hidup yang konsisten sesuai dengan resolusi itu, tapi orang yang demikian belum tentu sama sekali tidak diperkenankan oleh Tuhan. Keberhasilan seringkali terjadi pada  orang yang merasa dirinya gagal dan mereka terus menerus memperbaiki dirinya sambil berpegang pada pengharapan.
Tuhan Yesus tidak berubah selama- lamanya, karena Dia adalah Allah yang sempurna total. Bagi Dia tidak ada kegagalan. Dialah Allah yang tidak pernah gagal dalam segala hal. Sebab itu, bagi orang percaya yang melakukan kehendak Tuhan tidak perlu takut pada kegagalan, melainkan takut pada diri sendiri yang gagal bersandar pada Dia.

Jika kita pernah gagal pada tahun yang lalu, maka kita jangan cepat putus asa dan tawar hati dalam memasuki tahun yang baru, melainkan dengan iman dan keberanian terus berjuang lagi di dalam Dia.
Resolusi pada awal tahun adalah hal yang baik, tapi jangan berbangga pada pencapaian resolusi. Sebab kita tidak mengukur diri atas jasa diri, melainkan kasih karunia Allah yang tetap pada orang yang lemah dan tidak berdaya.

Resolusi dalam apa pun juga bagi orang percaya tetap membutuhkan kasih karunia Allah untuk menjalani kehidupan tahun yang baru. Dalam Dia, kita hidup dan bergerak.
Ia selalu mensuplai karunia yang baru setiap hari  bagi orang yang mengasihi Dia oleh karena kesetiaanNya yang besar. Ditengah kegelapan hidup, kitab Ratapan berkata demikian: "Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi, besar kesetiaanMu (Rat. 3: 22-23).

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan dan dunia ini pada tahun yang baru. Sebagaimana Tuhan telah menghantarkan kita untuk memasuki tahun yang baru, maka kita juga percaya bahwa Ia akan berjalan didepan dan bersama dengan umatNya yang mengasihi Nya. Ia berjanji tidak akan meninggalkan orang yang benar  dalam kesendirian. Ia juga akan bekerja menurut bijaksanaNya dalam berbagai kondisi kehidupan untuk menyatakan  kebesaran kasih karuniaNya.
Resolusi apa pun yang kita buat pada awal tahun ini, tetaplah bersandar pada kasih karunia Allah. Ketika  kita masih lemah, justru kasih karuniaNya menjadi sempurna.
Apakah ada hal yang baru bagi setiap pergantian tahun? Banyak hal yang masih tetap sama, tapi satu hal yang pasti adalah kasih kesetiaan Tuhan selalu baru setiap hari. Seperti air yang terus mengalir di sungai dan air itu tidak pernah sama, demikian firman kasih karunia Tuhan tidak akan pernah sama setiap hari.

Joshua diminta oleh Tuhan untuk berpegang pada firman Tuhan ke mana saja dia pergi (Jos.1:9). Joshua tidak berurusan dengan kemenangan atas bangsa Kanaan, sebab hal itu adalah urusan Tuhan. Tapi Joshua harus tetap berpegang pada firman.
Jika Tuhan memegang tangan kanan kita, maka tangan kiri kita harus berpegang pada firmanNya. Jika kita diperhatikan oleh Tuhan, maka kita harus memperhatikan firmanNya. Jika kita dipelihara oleh Dia, maka kita harus memelihara firmanNya.
Janganlah takut memasuki tahun yang baru sebab Ia ada disana. Apakah kita telah hidup bersama dengan Dia pada hari ini? Maka kita juga memperoleh keyakinan bahwa hari esok kita boleh berjalan bersama  dengan Dia.

Kiranya Dia dimuliakan dalam segala hal melalui kehidupan kita sepanjang tahun yang baru. Selamat tahun baru 2018 kepada para sahabat kami di dalam Tuhan.

Pdt Jonathan Lo

POSTINGAN TERAKHIR

Hidup Harus Bersyukur

Hidup Harus Bersyukur 1 Tesalonika 5 : 18 "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allaah di dalam Kristus Y...

POPULER DIBACA