"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu"
Tema : APA YANG DICARI DALAM HIDUP INI ?
Nats : Pengkhotbah 1:2;2:21-23; Mazmur 1:1-3; Yeremia 17:7,8
Tujuan:
Belajar mengerti bahwa tujuan hidup bukanlah sekedar ini dan itu tapi melakukan apa yang dikehendaki Allah, yang perlu dicari adalah hal yang terpenting bukan hal duniawi.
Pendahuluan
Beberapa puluh tahun yang lalu, ada beberapa negara yang produksinya yang sangat baik, barang tersebut dapat digunakan sampai puas dan demikian awet, misalnya barang-barang produksi Jerman atau dari RRC. Modelnya memang kurang menarik tapi mutunya luar biasa. Tahan lama dan tahan banting. Beda dengan produksi zaman sekarang, sekali pakai lalu buang, jika yang dibeli bergaransi 1 tahun, maka setelah pakai 1 tahun barang tersebut dijamin akan rusak.
Juga, karena dizaman industri, segala macam barang kebutuhan sehari-hari demikian banyaknya dipasarkan di toko-toko pusat perbelanjaan, dipasar, super market dan warung-warung. Semua barang kebutuhan dapat ditemukan dengan berbegai mode, bentuk dengan warna yang indah. Harga tidak terlalu mahal, namun barang-barang tersebut tidak mungkin dapat dipakai terlalu lama, apalagi akan diwariskan kepada anak-anak dikemudian hari. Jika di simpan, dua bulan kemudian sudah ketinggalan mode, dan sudah dianggap barang ketinggalan zaman. Jadi jangan pikir barang tersebut akan diwariskan atau disimpan sampai 25 tahun kemudian. Habis garansi dijamin barang tersebut sudah dipensiunkan dan tidak bakalan akan dipakai oleh anak cucu lagi.
Barang-barang industri zaman sekarang tidak menunjukan bahwa kita kaya, atau kebahagiaan hidup kita, semua itu hanya menunjukan bahwa kita sedang mengikuti trendnya zaman. Trendnya zaman yang sia-sia, yang membosankan.
Ada yang menganggap dengan adanya kedudukan berarti hidupnya akan bahagia, benarkah demikian? Berapa lama kedudukan akan berpihak pada kita? Bukankah kedudukan itu lebih menggambarkan kita bermain curang? Berapa banyak orang yang dapat mempertahankan kedudukannya tanpa harus main curang ?
Jika kita mendengar pengajaran yang disampaikan oleh Pengkhotbah, maka kita akan mengerti bahwa sebenarnya segala sesuatu diakhiri dengan kesia-siaan
Pengkhotbah 1:2;2:22,23. Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia.
Jika demikian apakah benar orang yang berpendapat bahwa kebahagiaan terletak pada perkara duniawi, seperti memiliki harta benda, kedudukan, kekayaan, prestasi ??
Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang indah untuk kita renungkan bersama pada hari ini Markus 8:36,37. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Selanjutnya kita akan merenungkan bersama beberapa pokok pengajaran penting:
1. Orang berkata: No money no happy.
Orang Tapanuli ( Batak) berkata ise mengatur negara on, hepeng! Siapa yang mengatur negara ini ? Jawabannya adalah, UANG ! Dengan uang kita dapat mengatur negara. Kalau demikian kita harus cari uang yang banyak. Orang Inggeris berkata Time is Money. Waktu adalah uang, jadi jangan sia-siakan waktu. Kalau orang Tionghua Chien paling penting, Uang adalah segalanya, bagi orang Tionghua dilangit ada dewa kekayaan yang boleh kita ajak kongkalikong. Bagaimana pula dengan orang Jawa ? Ooh, gampang, cari aja Nyi Blorong, sembahlah dia maka kekayaan akan datang dengan limpahnya.
Karena itu banyak orang yang ingin mencari kekayaan nyawapun dia rela gadaikan, bukankah orang yang demikian banyak terdapat disekitar kita?
Ilustrasi:
Saudara yang kekasih, Ada satu keluarga di Jawa Timur, dapat dikatakan keluarga ini sangat kaya, namun dalam keluarga ini diantara beberapa anaknya terdapat satu yang idiot, satu lagi tabrakan mobil hingga hancur. Isteri menjadi gila. Kasihan sekali, jika mendengar cerita keluarga ini, tetapi apa yang mau dikata? Untuk mendapatkan kekayaan tersebut kepala keluarga ini telah menggadaikan isteri dan anak-anaknya pada kuasa kegelapan.
Kekayaan apakah penting ? Penting sekali! Uang juga sangat dan sangat diperlukan sekali dalam kehidupan di zaman modern ini, tapi bukan yang utama dan yang mendatangkan kebahagiaan. Uang hanyalah alat yang membantu kita untuk bertransaksi, jadi bukan tuan, bukan yang mengatur kehidupan kita. Uang hanyalah alat bantu belaka.
Ingatlah apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di Markus 8:36,37. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Apa gunanya dengan banyak uang, harta benda, tetapi tidak dapat dan tidak bisa menggunakannya atau menikmatinya? Apakah mereka yang berlimpah kekayaannya berbahagia? Bukankah kekayaan itu hanyalah sesuatu yang relatif saja? Orang yang menyalahgunakan kemampuan diri, yang memelihara kuasa kegelapan demi kekayaan, orang kaya yang demikian percayalah tidak pernah akan bahagia. Ketika melihat isteri yang gila apakah bahagia? Ketika melihat anak yang idiot apakah bahagia? Ketika mengingat anak mati karena tabrakan apakah akan bahagia?
Saudara, Dalam Alkitab bukankah Tuhan Yesus pernah mengajar Matius 6:19,20. "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
Kalau kita lalai maka kekayaan dunia akan menjadi alat untuk mengundang pencuri datang mencuri dan merampok. Sekalipun sudah dibuatkan pagar rumah yang tinggi, memelihara anjing yang paling galak, memasang alram dan segala macam pengaman untuk menyelamatkannya, namun apa yang terjadi? Ngengat dan karat, bahkan perampok menghabiskannya. Jika Tuhan mengizinkannya, peristiwa Ayub akan terulang kembali, hanya dengan satu hari satu malam saja, seluruh harta benda Ayub habis dan hilang dirampok
Saudara yang kekasih, dari pengajaran Tuhan Yesus diatas cukup jelas, bahwa kita perlu melipat gandakan harta kekayaan kita, yaitu dengan menginveskannya dalam sorga yaitu dalam pekerjaan Tuhan. Dengan harta kekayaan, kita membangun Kerajaan Allah dalam dunia ini, membantu pekerjaan Tuhan dalam misi, dalam gereja, di sekolah Teologi, panti asuhan dan banyak lagi pekerjaan Tuhan yang lainnya.
Dengan demikian harta kekayaan yang kita inves kan di tempat-tempat tersebut akan membuat kita menerima berkat yang ganda; dalam dunia dan dalam sorga. Tambah memberi untuk pekerjaan Tuhan di dunia, berarti akan bertambah pula hati kita untuk pekerjaan Tuhan dan sorga, artinya kita menginveskan harta kita untuk pekerjaan Tuhan dalam dunia dan secara otomatis di sorga kita juga mendapatkan harta yang kekal. Selanjutnya Tuhan Yesus mengajar, Matius 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Kalau harta kita ada pada pekerjaan Tuhan kita akan mengusahakan pekerjaan Tuhan itu bertumbuh dan berkembang, ingatlah, bahwa apa yang di inves kan dalam pekerjaan Tuhan ini memiliki nilai kekal. Jika harta kita berada di sorga, maka kita juga menaruh hati yang rindu ke sorga. Karena itu janganlah menyimpan harta dalam dunia ini tetapi menyimpannya dalam pekerjaan Tuhan dan di sorga. Jadi jelas kita perlu membuat harta kekayaan yang ada pada kita itu berlipat ganda, berganda baik dalam dunia dan dalam sorga yang akan datang. Itulah arti kebahagiaan yang bernilai kekal.
Dapat mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan merupakan kebahagiaan tersendiri sebab tidak selamanya Tuhan mempercayakan dan memberi kesempatan pada kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaanNya. Dapat dikatakan tidak selalu ada kesempatan untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Misalnya, orang miskin yang sedang tidak punya uang untuk berobat, atau anaknya yang tidak punya uang untuk membayar uang sekolah, saat kita tahu, jika tidak segera menolong, mungkin dua tiga hari kemudian ketika kita sadar, orang miskin tersebut sudah meninggal dunia. Mungkin saat kita menyadari bahwa kita perlu menolong anak yang tidak mampu bayar uang sekolah, saat itu anak tersebut sudah di usir dari sekolahnya. Bukankah sering kita menemukan bahwa adakalanya ketika mau menolong orang yang tidak mampu, namun kita sudah tidak punya kesempatan lagi.
Saudara, Jangan berkata bagaimana saya dapat menolong orang, jika saya sendiri tidak punya ? Menolong orang tidak mesti harus dengan kekayaan, dapat menolong dengan tenaga, kepintaran, kemampuan dllnya. Bukankah kita sering mendengar, menolong orang jangan berikan ikan padanya, tetapi berikanlah kail padanya!
Kita membaca Kis Ras 20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."
Janganlah kita menjadi orang yang have money but no happy.
2. Yang harus dicari Orang dalam hidup ini
Mazmur 1:1,2,3. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Yeremia 17:7,8. Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Saudara sebagai orang Kristen mungkin kita sering membaca dan mendengar firman tersebut dalam khotbah hari Mianggu, dan sangat menyadarinya bahwa kedua bagian Alkitab tersebut adalah kebenaran, dan pasti adalah kebenaran, tetapi kebenaran yang hanya tertulis dalam Alkitab saja, bukan dalam hati dan kehidupan nyata.
Pemazmur memberikan pengajaran pada kita, yaitu jangan mengambil bagian dalam kehidupan orang fasik, dalam hal berjalan dengan mereka, atau berdiri dan duduk dalam perkumpulan orang fasik Sebab orang yang disebut fasik adalah orang yang tahu ada TUHAN Allah, tetapi tidak mempedulikan perintah-Nya, tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Orang fasik dapat disamakan juga dengan orang atheis praktis, beda dengan orang atheis teoritis yang berpendapat bahwa Tuhan tidak ada berdasarkan teori-teori tertentu, misalnya komunisme. Sedangkan atheis praktis secara teoritis tidak menyangkal adanya Tuhan, tetapi secara praktis tidak mengakui dan menyembahNya. Orang atheis praktis tetap mengakui Tuhan, tetapi hidupnya seolah-olah Tuhan tidak ada. Siapa yang menganut faham atheis praktis ini ? Ada kemungkinan dianut oleh orang-orang yang beragama, mungkin juga yang sedang duduk bersama kita dalam gereja.
Saudara yang kekasih, ada sebagian orang, membutuhkan TUHAN karena ada suatu kebutuhan, Tuhan hanyalah kebutuhan tambahan atau penolong tambahan. Yaitu, jika sudah tidak berdaya, sudah tidak sanggup lagi menolong diri sendiri, misalnya, sakit yang tidak tertolong lagi oleh dokter, utang yang sudah bertumpuk tidak sanggup lagi membayar, barulah Tuhan dicari. Jadi, Saudara, janganlah menjadi orang yang hanya menganggap TUHAN itu sebagai bagian dari kebutuhan saja. Terlebih lagi sebagai ban serap saja.
Sebagai orang yang percaya pada Tuhan Yesus janganlah kita seperti orang fasik. Pemazmur berkata bahwa orang fasik seperti sekam yang ditiupkan angin, dan TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan. Mazmur 1:4,6
Tuhan Yesus memberikan pengajaran pada kita dalam Matius 6:33, Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Mencari kerajaan Allah dan kebenaranNya, adalah seperti yang dikatakan Pemazmur, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Inilah orang yang berbahagia, yaitu orang yang sanggup bergaul, hidup dekat dengan TUHAN, Pemazmur mengumpamakannya seperti pohon, Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Nabi Yeremia berkata: Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.Yer 17:7,8
Penutup:
Bukankah indah sekali janji firman Tuhan? Pohon ditepi aliran air, daunnya selalu hijau, tidak kuatir dalam tahun kering atau panas terik, dan ini yang terpenting, tidak berhenti menghasilkan buah. Bukankah dengan terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan KebenaranNya kita memperoleh segala yang dibutuhkan ?
Apa yang sedang kita cari dalam hidup ini? Yang bernilai kekal, atau yang bernilai fana, sesuatu yang sementara? Apa yang sedang kita cari ? Mencarinya dengan bersandar pada TUHAN atau mencarinya dengan segala kemampuan diri? Tuhan Yesus berkata dalam Matius 11:28, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Jika kita datang kepada TUHAN maka Ia akan memberikan kebahagiaan, kelegaan pada kita, maukah kita datang padaNya? Dia sedang mengundang kita, Dia sedang menunggu kita, apalagi yang sedang engkau cari? AMIN.