Minggu, 31 Januari 2016

GKI Gading Serpong 30 Jan 2016



KHOTBAH MINGGU
GKI GADING SERPONG, 30 January 2016

Tema : Menghadirkan Kristus dan Kasih NYA

"Yang penting bukan berapa lama Anda hidup tetapi bagaimana Anda hidup"
Kalimat bijak tsb diatas mau mengajak Anda dan saya untuk tidak hanya memperhatikan berapa panjang usia kita, tetapi tetapi ada yang perlu direnungkan yaitu kualitas kehidupan kita.

Kalimat diatas mengajak kepada kita untuk tidak hanya mempunyai HIDUP tetapi KEHIDUPAN.
Setiap orang bisa hidup tetapi belum tentu punya kehidupan. Orang bisa hidup mempunyai segalanya baik materi dan kedudukan, tetapi belum tentu punya kehidupan.

Kehidupan yang dimaksud adalah : apa yang kita lakukan dan kerjakan dengan kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita yang berguna bagi orang lain dan memuliakan Tuhan. Ketika orang mempunyai banyak harta dan kedudukan tetapi jika tidak bisa berbagi dengan sesama maka dia belum punya kehidupan dalam arti yang sesungguhnya.

Ada kaitan yang sangat erat antara Iman dengan tindakan kasih, tindakan kasih adalah konkritisasi iman, apa yang kita perbuat dengan sesama, rekan kerja, bawahan, atasan, teman , sahabat, saudara itu adalah cermin iman, wujud nyata ibadah kita, wujud nyata doa kita, wujud nyata bacaan Alkitab kita.
Jadi kualitas iman kepada Tuhan dinilai dari sikap dan tindakan kita kepada semua orang. Kalau tindakan kita itu berdampak positif terhadap orang lain maka boleh dikatakan kehidupan iman kita dalam proses yang baik, tetapi jika sikap tindakan kita menjadi sandungan, merugikan orang lain , menjadi cemoohan , menyakiti orang maka proses iman kita berjalan dalam proses yang tidak baik.

Apapun yang kita lakukan tanpa kasih adalah sia-sia , kasih itu operasional, nyata dalam tindakan bukan hanya teori atau hanya perasaan.
Kasih dari kata Agapau, adalah menghendaki sesuatu yang baik untuk orang lain tanpa mengambil keuntungan untuk diri sendiri.
Lawan kata dari kasih bukan tidak mengasihi , tetapi adalah tidak peduli.
Kasih harus nyata, menghadirkan Kristus itu operasional, walaupun menghadirkan Kristus dalam kehidupan itu tidak mudah, ada penyakit diabetes rohani yang akan melumpuhkan kehidupan rohani orang percaya, diabetes rohani adalah :

D = dengki dan dendam
I  =  iri hati
A = angkuh
B = benci
E = emosi yang tak terkendali
T = tak bersyukur
E = egosentris
S = serakah

Marilah kita punya kesadaran iman bahwa kita melayani Allah dengan melayani sesama. Cara kita memperlakukan orang lain apakah mencerminkan kita sedang menghadirkan kasih Kristus atau malah sebaliknya. Bagaimana kita mengatakan mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan jikalau kita tidak bisa mengasihi sesama yang kelihatan.

Setiap profesi kita apapun itu , Tuhan berikan potensi didalamnya untuk bisa dipakai melayani Tuhan pada orang-orang yang kita jumpai, kerja adalah ibadah kepada Tuhan. Ketika kerja sebagai ibadah maka orang lain akan merasakan dampaknya, meraka akan tertolong, merasa terberkati.

Tuhan pasti akan memperlengkapi kita dengan talenta masing-masing sehingga kita dimampukan, yang penting kita mau dipakai oleh Tuhan sebagai alatNya untuk menghadirkan kasihNya ditengah dunia ini.
Walaupun maksud baik kita belum tentu mendapatkan sambutan yang positif dari orang lain, diterima dengan cara yang salah dll , tetaplah jangan undur,Tuhanlah sumber kekuatan kita.

Kasih harus diwujud nyatakan dalam diri kita,
K = kalahkan egois dalam diri kita
A = ada untuk berbagi hidup dengan sesama
S = sesama kita adalah semua orang yang kita jumpai
I =  inisiatif dalam bertindak
H = hanya untuk kemuliaan Tuhan

Heart terdiri dari Hear dan Art , hati adalah kemampuan untuk mendengar , orang yang mempunyai hati adalah orang yang mau mendengar, mau memahami orang lain apa yang menjadi keluhan mereka.
Mau mendengar karena digerakan oleh kasih itu.
Selama masih ada nafas kehidupan, maka kita dipanggil untuk menghadirkan Tuhan, kabaikan Tuhan, pedulinya Tuhan kepada orang-orang disekitar kita.
Kesalehan pribadi kita seperti doa pribadi, baca Alkitab, ibadah bersama , persembahan pribadi kita diuji dalam sikap dan perbuatan kita. Kesalehan pribadi harus dipadukan dengan rasa peduli terhadap orang lain.

Amin .. salam hangat dari team Nafiri Kasih.









Kamis, 28 Januari 2016

Acuh Tak Acuh



RENUNGAN KRISTEN
 
Bacaan: Kejadian 50:15-21
“Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga.” Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. (Kejadian 50:21)
Hudson Taylor adalah misionaris di pedalaman Tiongkok. Saat perjalanan dari Shanghai ke Ningpo tiba-tiba ia mendengar ada sesuatu tercebur ke laut. Ia berlari ke geladak dan seorang penumpang, Min, tak ada di sana. Dalam keadaan bingung, ia melihat para nelayan yang memiliki jala tarik—alat yang tepat untuk digunakan saat itu. “Datanglah kemari. Tariklah jalamu melewati tempat ini. Ada orang tenggelam di sini,” seru Taylor. “Peduli amat. Itu pekerjaan tak menyenangkan,” jawab para nelayan itu. “Jangan bicara tentang menyenangkan. Tinggalkan dulu, saya akan membayarmu.” Setelah tawar-menawar dan Taylor bersedia memberi semua uangnya, mereka menebarkan jala untuk menarik Min, namun nyawanya sudah tak tertolong.

Di dunia ini banyak orang acuh tak acuh dan mementingkan diri sendiri. Mungkin kita mencela para nelayan itu. Tetapi, bagaimanakah sikap kita terhadap jutaan manusia yang berjalan menuju kebinasaan dan terbelenggu oleh penderitaan dan dosa? Mereka tenggelam dalam keputusasaan dan keterasingan. Mereka terpenjara dan terbelenggu oleh dendam, iri hati, dan kemarahan.

Seperti Yusuf yang menyelamatkan keluarganya dari kematian karena kelaparan, demikianlah kita harus bersikap. Yusuf punya alasan bersikap tidak mau tahu atas apa yang menimpa saudarasaudaranya karena perlakuan mereka kepadanya, tetapi ia tak melakukannya. Yusuf tak sekadar menyelamatkan mereka dari kelaparan, tetapi juga memerdekakan mereka dari rasa takut dan rasa bersalah yang mendalam.—PRB

SADAR AKAN KEBAIKAN ALLAH MENDORONG KITABERBELAS KASIH PADA MEREKA YANG MENDERITA DAN TERSESAT

Amin .. salam hangat dari team Nafiri Kasih.

Rabu, 27 Januari 2016

John Sung, Sang Obor Asia

KISAH JOHN SUNG 

John Sung, 1901-1944, adalah anak keenam dari seorang Pendeta Gereja Methodist di China. Ia seorang yang pandai dan sifatnya keras. Waktu ia berumur 23 tahun, John Sung memperoleh gelar doktor dan juga menerima banyak lagi penghargaan untuk bidang ilmu pengetahuan. Ia kemudian belajar di Sekolah Theologia. Sebelum mendarat di Shanghai setelah tujuh setengah tahun belajar di Amerika Serikat, doktor Sung melempar semua ijazah dan piagam penghargaanNya ke dalam laut supaya semua itu tidak menggodanya untuk mencari penghargaan manusia. Ia mau melayani Tuhan dengan sepenuh hati, ia hanya menyimpan gelar doktor untuk diperlihatkan kepada ayahnya.

Hidup dan pelayanan doktor John Sung terjadi dalam waktu yang sangat penting bukan hanya dinegaranya tapi juga di Negara lain. Perang dunia kedua pecah sebelum John Sung meninggal, pendudukan Jepang terhadap negara-negara lain terjadi di Asia. Tuhan memakai John Sung untuk mempersiapkan orang-orang Kristen menghadapi masa penderitaan itu. Ia mengajar Firman Tuhan tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Selama kunjungannya terakhir di Indonesia, ia dalam kondisi yang sangat lemah dan hanya dapat berkhotbah sambil duduk tapi berkat pelayanan Jogn Sung masih sangat terasa sampai sekarang. Banyak gereja dibangungkan, pekabaran injil diperbaharui dan banyak jiwa dijamah.

Observasi :

Tanggal 27 September 1901, John Sung lahir di desa Hong Chek Propinsi Fu Jian, China. Diberi nama Yu Un artinya berlimpah anugerah.

Tahun 1909, Roh Kudus mengubah hidupnya melalui KKR tentang peristiwa Yudas Iskariot di taman Getsemani. Mulai saat itu ia sering menolong Ayahnya untuk tugas-tugas Gereja dan meggantikan Ayahnya untuk berkhotbah sehingga mendapat julukan baru si Pendeta kecil lebih baik dari yang sebelumnya yaitu si kepala besar.

Tahun 1920, berangkat ke  Amerika kuliah di Universitas Weshley dan bermimpi mendapat visi dari Tuhan bahwa ia harus pergi memberitakan injil karena hanya melalui Salib Yesus semua orang dapat selamat.

Tahun 1923, John Sung lulus dari Universitas dengan hasil yang memuaskan dan mendapat gelar doktor. Pada saat itu ada seorang Pendeta yang dipakai Tuhan mengatakan bahwa Joh Sung lebih mirip seorang Pendeta daripada menjadi seorang ahli ilmu alam, kemudian ia masuk sekolah Alkitab dan masuk rumah sakit jiwa selama 139 hari. Disitulah ia berkesempatan membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu sampai 40 hari.

Tahun 1927, John Sung kembali ke Shanghai dan menyatakan pada keluarganya bahwa ia sudah menyerahkan diri dan hidupnya untuk memberitakan injil.

Tahun 1930, John Sung memulai pelayanan dikampung halamannya dan banyak orang bertobat menerima Tuhan Yesus.

Tahun 1933, Ia mendapat mimpi bahwa Ayahnya pulang ke rumah Bapa dan sang Ayah memberi tahu bahwa John Sung masih ada sisa umur tujuh tahun lagi untuk memberitakan injil.

Tahun 1935, John Sung melayani di Filipina dan Singapura.

Tahun 1936, John Sung melayani di Asia Tenggara walaupun sakit paru-paru dan kesehatannya semakin menurun. Tapi itu tidak menghalanginya tetap melayani Tuhan.

Tahun 1939, Doktor Sung dating menuju Surabaya (Jawa Timur, Indonesia) dan mengadakan KKR dua puluh satu kali dalam seminggu. Pada saat itu ia mendapat kabar bahwa anak laki-laki satu-satunya bernama Josua pulang ke rumah Bapa. John Sung sangat sedih tapi secara iman dia bersukacita karena anaknya hidup didalam genggaman tangan Tuhan dan sekarang sudah bersamaNya.

Tahun 1944, John Sung pulang ke rumah Bapa di Beijing didampingi istrinya yang setia.

Kesimpulan :
Kisah John Sung ini, sepertinya memang sudah dirancangkannya dari sebelum dilahirkan dan sewaktu masih dalam kandungan sampai lahir dan sampai pada akhir hayatnya. Semua terjadi nyata dan sudah digariskan oleh Tuhan. John Sung tinggal menjalankan dan harus melakukan serta mewujud nyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupan pelayanannya.

Sampai saat ini, banyak orang yang masih menantikan kabar sukacita yaitu injil keselamatan dan Tuhan Yesus meminta kita untuk berdoa memohon supaya Tuhan mengutus pekerja-pekerja dan ketika kita sedang berdoa siapa tahu mungkin kitalah yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan.

Amin .. salam hangat dari team Nafiri Kasih

Selasa, 26 Januari 2016

YESUS SUDAH MENJAMIN


RENUNGAN KRISTEN

Bacaan: Yohanes 14:2  
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."

Renungan:
Jock adalah seorang prajurit Scotlandia yang terluka parah dalam suatu peperangan yang mengakibatkan ia harus dioperasi. Sebelum dioperasi, dokter bertanya disaksikan oleh beberapa orang prajurit, "Jock saya harus mengoperasimu. Tetapi jujur bahwa kemungkinan bagimu untuk hidup sangat tipis. Apakah ada pesan yang ingin kau sampaikan pada keluargamu atau kekasihmu?" Jock menjawab, "Tidak ada dokter. Anda boleh mengoperasi saya sekarang juga." 

Dokterpun segera mengoperasinya dan setelah itu kesehatannya pulih seperti sediakala. Seorang prajurit yang menyaksikan keteguhan hati Jock bertanya, "Jock, mengapa hatimu begitu tenang walau kematian menghadangmu. Apa rahasianya?" Dengan tersenyum Jock menjawab, "Semua itu karena aku tahu pasti ke mana aku akan pergi, walau apapun hasil operasinya. Jika operasinya berhasil dan aku sembuh, maka aku akan segera pulang untuk menemui ibu yang telah menantikan kedatanganku. Jika aku meninggal, maka aku tahu pasti bahwa aku pergi menemui Yesus yang menantikanku di pintu sorga."
  
Apakah anda takut bila kematian menjemput? Sebagai orang yang telah ditebus oleh Yesus, maka kita tidak perlu takut menghadapi kematian, karena kematian tubuh fana tidak mampu memisahkan kita dari kasih Yesus. Yesus sudah menjamin bahwa setiap orang yang menerimaNya diberiNya kuasa sebagai anak Allah, yaitu menjadi pewaris Kerajaan Sorga. Jika kita mati, itu artinya kita akan kembali ke rumah kita yang sesungguhnya. Ingatlah, kita harus tahu pasti, ke mana kelak kita akan pergi setelah kematian. Tuhan memberkati.

Doa:
Yesus, kini hatiku tenang karena aku tahu ke mana aku akan pergi setelah kematianku. Aku percaya bahwa salah satu rumah di surga telah Kausiapkan untukku. Terima kasih Yesus atas cintaMu kepadaku. Amin. 

Salam hangat dari team Nafiri Kasih ..

Minggu, 24 Januari 2016

GKI Gading Serpong , 24 Jan 2016


Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 24 Januari 2016
Tema : MEMBACA DAN MENDENGAR

Seorang filsuf jerman, Martin Heidegger (1889–1976), mengatakan, “Jika engkau memberitahuku, jenis buku yang telah kau baca, aku dapat memberitahumu, siapa sesungguhnya engkau” (Tell me what you read and I'll tell you who you are). François Mauriac (1885-1970) setuju dengan perkataan Heidegger itu, namun penulis dan novelis Perancis itu menambahkan,  “Cukup benar perkataan ’Jika engkau memberitahuku, jenis buku yang telah kau baca, aku dapat memberitahumu, siapa sesungguhnya engkau,’ tetapi aku akan mengenalmu dengan lebih baik jika engkau memberitahuku buku apa yang engkau baca ulang” (“Tell me what you read and I'll tell you who you are” is true enough, but I'd know you better if you told me what you reread).

Sebagai orang Kristen, mestinya kita membaca dan membaca ulang Alkitab. Orang yang mengaku Kristen jika tidak mau membaca Alkitab, bagaimana ia bisa dikenal sebagai orang Kristen?

Tidak cukup bagi seorang Kristen bila hanya mendengarkan khotbah pada hari Minggu saja, tetapi membaca firman Tuhan setiap hari adalah suatu kebutuhan bila ia ingin bertumbuh. Sebab firman Tuhan itu adalah makanan rohani bagi setiap orang percaya.  Orang bakal kelaparan dan tidak dapat bertumbuh dengan sehat jika ia hanya makan seminggu sekali. Umat Tuhan yang setiap hari membaca dan mendengar firman Tuhan serta merenungkannya siang dan malam akan bertumbuh dengan sehat, segar dan berbuah banyak (Mzm. 1:1-3).

Program BGA (Baca Gali Alkitab) yang dicanangkan GKI Gading Serpong adalah upaya Gereja untuk mendorong anggota-anggota Jemaat dan simpatisan untuk membaca dan mendengarkan firman Tuhan, serta menggali firman Tuhan itu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.  Dengan program BGA ini Gereja memotivasi dan menfasilitasi anggota-anggota jemaat dan simpatisan untuk ber-BGA setiap hari, yang dapat dilanjutkan dengan mengikuti BGA dalam Kelompok Kecil setiap dua minggu sekali.

Amin ..

Minggu, 17 Januari 2016

GKI Gading Serpong, 17 Jan 2016


GKI GADING SERPONG , khotbah minggu 17 January 2016
Tema : TEMPAYAN KOSONG MENJADI PENUH

Dalam suatu pesta perkawinan, bila pesta tengah berlangsung namun hidangan sudah habis, tentu hal itu akan membuat malu mempelai dan keluarganya.  Hal itulah terjadi pada suatu pesta perkawinan di Kampung Kana di Galilea.

Ibu Yesus menghadiri pesta perkawinan itu. Ketika pesta tengah berlangsung, mereka kekurangan anggur. Ibu Yesus mengetahui krisis yang sedang terjadi.  Sebagai kerabat, ibu  Yesus membantu mereka untuk mencarikan solusi.

Untung Yesus dan murid-murid-Nya juga diundang dalam pesta itu.  Maria sangat mengenal siapa Yesus dan percaya bahwa Ia dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi persoalan tersebut. Mungkin juga ia berpikir bahwa itulah saatnya bagi Yesus untuk menyatakan diri-Nya sebagai Mesias kepada dunia. Ia menghampiri Yesus dan berkata kepada-Nya, “Mereka kehabisan anggur.” Yesus menjawab, "Ibu, jangan menyuruh Aku. Belum sampai waktunya Aku menyatakan diri." Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan, "Lakukan saja apa yang dikatakan-Nya kepadamu" (Yoh. 2:4-5, BIS).

Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk keperluan pembasuhan menurut adat Yahudi. Tempayan itu masing-masing isinya dua tiga buyung (satu buyung sekitar 39,39 liter). Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu, "Isilah tempayan-tempayan itu dengan air." Mereka pun mengisinya sampai penuh. Lalu Yesus berkata kepada mereka, "Sekarang ambil sedikit air itu dan bawalah kepada pemimpin pesta." Mereka membawa air itu kepada pemimpin pesta, dan ia mencicipinya. Ternyata air dalam tempayan itu sudah berubah menjadi anggur.

“Kehabisan anggur” dapat pula diibaratkan sebagai persoalan yang kita hadapi. Kita bisa mengalami “kehabisan anggur” dalam kehidupan pernikahan, keluarga, studi, ekonomi, sosial ataupun spiritual. Oleh sebab itu janganlah lupa untuk selalu menyertakan Tuhan Yesus dalam segenap kehidupan kita. Sediakanlah tempayan yang kosong, yaitu hati yang berserah. Tempayan yang kosong bisa dipenuhi-Nya dengan angur yang baik. Ada bagian kita kerjakan, yaitu mengisinya dengan air (bertindak seturut firman-Nya). Serahkan pada-Nya untuk mengerjakan bagian-Nya, mengubah air menjadi anggur yang baik (berkat yang sangat kita butuhkan).

Amin ..

Minggu, 10 Januari 2016

GKI Gading Serpong, Khotbah 10 Jan 2016


Tema : KETIKA JESUS JUGA DIBABTISKAN
Pembicara : Pdt Santoni

Pada saat Yesus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis, ia justru mencegah-Nya. Ia berkata kepada-Nya, "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" (Mat. 3:14). Yohanes mengenal siapa Yesus. Ia tahu bahwa Yesus tidak berdosa, sehingga tidak perlu bertobat dan dibaptis.

Yesus tidak menyangkal perkataan Yohanes, karena sebagai Allah dan manusia sejati, Ia tidak berdosa dan tidak perlu bertobat. Namun sebagai Juruselamat kita, Ia perlu menjalani baptisan bagi kita, sehingga Ia berkata, "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Mat. 3:15a).  Dan Yohanes pun menuruti-Nya (Mat. 3:15b).

Ketika Yesus juga dibaptiskan, sesungguhnya hal itu adalah karena dan demi kita. Pertama, Ia dibaptiskan karena Ia hendak menggenapkan seluruh kehendak Allah demi kita.

Kedua, dengan dibaptiskan Ia mengidentifikasi diri-Nya dengan umat manusia yang diwakili-Nya. Hal ini menunjukkan solidaritas dan kerelaan hati-Nya untuk menjadi sama dengan kita dalam segala sesuatu, kecuali dalam hal dosa (Flp. 2:6-7; Ibr. 4:15).

Ketiga, baptisan-Nya merupakan gambaran kematian-Nya di kayu salib (Luk. 12:50) dan kebangkitan-Nya. Pencelupan-Nya ke dalam air mengantisipasi kematian dan penguburan-Nya. Keluar-Nya dari air mengantisipasi kebangkitan-Nya dari maut. Saat Ia keluar dari air, terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mrk. 1:10-11).

Keempat, Yesus dibaptiskan agar orang-orang percaya mengikuti langkah-Nya, yaitu memberi diri dibaptiskan. Kita dibaptiskan karena Yesus Kristus telah mati dan bangkit bagi kita. Melalui baptisan manusia lama beserta dosa-dosa kita telah dikuburkan/ditenggelamkan bersama kurban kematian-Nya, agar kita dapat menjadi manusia baru dalam Kristus oleh karena kebangkitan-Nya (Rm. 6:5-11).

Amin .. salam hangat dari team Nafiri Kasih.

Minggu, 03 Januari 2016

GKI Gading Serpong 3 Jan 2016


Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 03 Januari 2016

Tema :  TERANG MENERANGI KEGELAPAN

Tuhan Yesus adalah terang dunia (Yoh. 8:12a). Ia datang ke dunia untuk menerangi kegelapan (Yoh. 1:5).  Ia adalah terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang (Yoh. 1:9).

Tuhan Yesus adalah Sang Terang yang menerangi kegelapan di dunia, tetapi tidak semua orang menerima-Nya. Ada dua macam respon manusia terhadap Sang Terang itu. Respon yang pertama adalah tidak menerima-Nya (Yoh. 1:10-11). Mengapa? Karena mereka membenci terang dan tidak mau datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatan mereka yang jahat tidak nampak (Yoh. 3:20).

Respon yang kedua adalah menerima-Nya. Orang-orang yang menerima dan mengikut Dia, selain diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12), juga memiliki terang hidup (Yoh. 8:12b). Orang-orang yang menerima-Nya disebut sebagai “anak-anak terang” (Yoh. 12:36; Ef. 5:8) dan “terang dunia” (Mat. 5:14).

Tuhan Yesus berkata kepada orang-orang yang percaya dan mengikuti Dia, “Kamu adalah terang dunia” (Mat. 5:14-16). Ia menghendaki agar terang yang Saudara-saudara terima dari-Nya itu dipancarkan untuk menerangi orang-orang di sekitar. Sebab fungsi dari terang adalah untuk dilihat orang, sehingga mereka yang melihatnya dapat merasa damai dan sukacita. Terang juga berfungsi untuk mengarahkan agar orang tahu jalan yang benar. Selain itu, terang pun bisa memberikan peringatan terhadap bahaya. 

Orang-orang percaya hendaklah memancarkan terang untuk menerangi kegelapan. Terang Saudara-saudara mungkin tidak besar, tetapi terang itu sangat berarti di tengah dunia yang sedang diliputi kegelapan. Hal tersebut dapat diibaratkan seperti terang dari lilin-lilin yang kecil. Cahaya dari lilin-lilin kecil itu menjadi sangat berarti di tengah kegelapan malam pada saat aliran listrik padam. Oleh karena itu, jadilah terang yang menerangi kegelapan.

Amin ..

POSTINGAN TERAKHIR

Hidup Harus Bersyukur

Hidup Harus Bersyukur 1 Tesalonika 5 : 18 "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allaah di dalam Kristus Y...

POPULER DIBACA