Kamis, 25 Februari 2016

Kopi di Dinding


ILUSTRASI KRISTEN

KOPI di DINDING - Venesia (Italia) ...

Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima. (Kisah Para Rasul 20 : 35)

Konsep dunia sering kali mengatakan bahwa yang menerima lebih berbahgia dari yang memberi, tetapi menurut Rasul Paulus, ada satu konsep sederhana yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam hidup, yaitu memberi. 

Sepasang wisatawan asyik menikmati kopi di sebuah kafe terkenal5 di Venesia, Italia. Tak lama kemudian, datanglah seorang pria paruh baya, duduk di salah satu meja kosong. Ia memanggil pramusaji dan memesan,“Kopi dua cangkir. Yang satu untuk di dinding”.

Wisatawan merasa heran mendengar kalimat tersebut. Apalagi sang pria kemudian hanya disuguhi satu cangkir kopi, namun ia membayar untuk dua cangkir.
Segera setelah pria tersebut pergi, si pramusaji menempelkan selembar kertas kecil bertuliskan "Segelas Kopi" di dinding kafe.

Suasana kafe kembali hening. Tak lama kemudian masuklah dua orang pria. Kedua pria tersebut pesan 3 cangkir kopi. Dua cangkir di meja, satu lagi untuk di dinding. Mereka membayar tiga cangkir kopi sebelum pergi.

Lagi-lagi setelah itu pramusaji melakukan hal yang sama, menempelkan kertas bertulis "Segelas Kopi" di dinding.

Pemandangan aneh di kafe sore itu membuat wisatawan heran. Mereka meninggalkan kafe dengan menyimpan pertanyaan atas kejadian ganjil yang disaksikannya, namun tidak sempat mengajukan pertanyaan, apa maksud kopi di dinding.

Minggu berikutnya, mereka mampir kembali di kafe yang sama. Mereka melihat, seseorang lelaki tua masuk ke dalam kafe. Pakaiannya kumal dan kotor. Setelah duduk ia melihat ke dinding dan berkata kepada pelayan, “Satu cangkir kopi dari dinding".

Pramusaji segera menyuguhkan segelas kopi. Setelah menghabiskan kopinya, lelaki lusuh tadi lantas pergi tanpa membayar. Tampak si pramusaji menarik satu lembar kertas dari dinding tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.

Pertanyaan wisatawan itu terjawab sudah. Begini rupanya cara penduduk kota ini menolong sesamanya yang kurang beruntung dengan tetap  menaruh respek kepada orang yang ditolongnya. Kaum papa bisa menikmati secangkir kopi tanpa perlu merendahkan harga diri untuk mengemis secangkir kopi. Bahkan mereka pun tidak perlu tahu siapa yang “mentraktirnya”. Suatu tatanan hidup bermasyarakat yang amat menyentuh, dan mengharukan.

Dr. Leo Buscaglia, guru besar yang meyakini bahwa kita tidak bisa hidup lebih baik tanpa memberi dan menerima cinta, perhatian, dan bantuan dari orang lain. “Terlalu sering kita meremehkan kekuatan sebuah sentuhan, sekilas senyuman, sebuah kata, mendengar keluhan orang lain, pujian tulus, atau tindakan kecil membantu orang lain, yang semua itu punya kekuatan untuk mengubah kehidupan,” kata Buscaglia. Dia menulis beberapa buku. Salah satunya, adalah buku yang bercerita tentang "kelas cinta", sebuah kelas di ruang terbuka (halaman rumput) di kampus nya yang mengajak para mahasiswa nya untuk membahas masalah-masalah kehidupan yang dapat diselesaikan dengan "cinta" atau "kasih".

Secangkir kopi di dinding adalah wujud cinta yang ikhlas kepada kaum papa, tanpa menyikapi kaum papa dengan cara arogan: aku memberi kepadamu.
Tidak penting "seberapa banyak" kita sudah memberi.
Lebih penting adalah "bagaimana" kita memberi.

Salam hangat dari team Nafiri Kasih ..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN TERAKHIR

Hidup Harus Bersyukur

Hidup Harus Bersyukur 1 Tesalonika 5 : 18 "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allaah di dalam Kristus Y...

POPULER DIBACA